DELISERDANG - Sumut24Jam.Com
Sebelum meninggal dunia, Rindu Syahputra Sinaga (14) berpesan kepada ibunya agar oknum guru yang memaksanya squat jump 100 kali dipenjara.
Hal ini dikatakan Derma Br Padang, ibu almarhum Rindu Syahputra kepada warga yang melayat ke rumah duka Dusun I Desa Negara Beringin Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang, Jumat (27/9/24).
“Sebelum meninggal, anakku bilang supaya dipenjarakan gurunya yang sudah memaksanya squat jump. Sakit kali kurasa,” bilang Derma Br Padang menirukan permintaan putra sulungnya, Rindu Syahputra kepadanya.
Setiap mengingat permintaan anaknya tersebut, Derma tak henti menangis. Seakan dirinya merasakan sakit seperti yang dirasakan putranya sebelum dinyatakan meninggal dunia oleh petugas medis RSU Sembiring Delitua, tempatnya dirawat.
Berdasarkan surat keterangan kematian yang diterbitkan RSU Sembiring Delitua disebutkan bahwa korban Rindu Syahputra Sinaga mengalami trauma hati dan perut, kekurangan cairan akibat diforsir squat jump. Efek yang bisa dilihat bengkak di bagian paha. Kecapekan sehingga menimbulkan trauma.
Surat bernomor 926 tersebut diterbitkan dr Arfah Rambe tanggal 26 September 2024.
Sementara Kepala Sekolah (Kasek), SMP Negeri 1 STM Hilir Kabupaten Deli Serdang Suratman mengaku berdasarkan pengakuan guru honor agama Kristen Selly Winda Hutapea yang menghukum korban dengan squat jump 100 kali, pada Kamis (19/9/24) dirinya mengajar di Kelas IX-C.
Karena anak didiknya tidak melaksanakan tugas belajar sebagaimana yang disuruhnya, sehingga Selly Winda menghukum beberapa siswa yang bermasalah dengan squat jump 100 kali termasuk Rindu Syahputra.
“Selesai dihukum tidak ada masalah kesehatan terhadap anak-anak tersebut sampai akhir jam pelajaran. Jumat anak-anak tersebut masih masuk sekolah dalam kondisi sehat dan belajar hingga akhir jam pelajaran. Namun di hari Sabtu sampai Rabu, Rindu Syahputra tidak masuk dan tidak ada pemberitahuan dari pihak keluarga. Dan Kamis (26/9/24) pihak sekolah diberitahu bahwa anak tersebut (Rindu Syahputra) meninggal dunia dari pihak keluarga,” jelas Suratman sambil menunjukan penjelasan gurunya melalui secarik kertas tulis tangan. (*)